Rasulullah Shalla Allah 'alaihi wasallam ketika awal berdakwah di Makkah, beliau selalu dipandang sebelah mata, dikucilkan, dibuli bahkan hendak dibunuh. Hanya sedikit yang beriman ketika beliau berdakwah di Makkah.
Kemudian beliau hijrah ke Madinah dan dari sana lah beliau dimuliakan oleh banyak orang, disambut dengan penuh kecintaan dan suka cita, bahkan ketika beliau kembali lagi ke Makkah beliau dengan sangat mudah membebaskan kota Makkah (Fathu Makkah) tanpa peperangan besar.
Dari peristiwa Hijrah Rasul ini, ada perkataan İmam Syafi'i radhia Allah 'anhu yang menyinggung tentang hijrah. Beliau berkata:
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ # وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ العَيْشِ فيِ النَصَبِ
"Merantaulah, niscaya akan kau dapatkan pengganti (yang lebih baik) bagi yang kau tinggalkan. Berusahalah, karena nikmatnya hidup itu ada dalam usaha".
Hijrah dalam zaman ini tidak mesti diartikan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Hijrah pada zaman ini bisa diartikan sebagai perubahan dari suatu kebiasaan yang jelek ke yang lebih baik. Seperti halnya orang yang setiap harinya bangun siang, ketika dia berusaha untuk bangun pagi, maka itu bisa disebut hijrah. Orang yang kecanduan main game, kemudian dia berusaha meninggalkannya, maka itu juga bisa disebut hijrah.
Oleh karena itu, banyak dari orang-orang sekarang ketika ingin berubah dari suatu kondisi ke kondisi yang lebih baik, mereka akan bilang, "Aku mau hijrah".
Atas dasar ini, hendaknya kita semua bercermin dan selalu menanamkan hijrah maknawi dalam diri kita agar Allah selalu membersamai dan menuntun kita menjadi orang yang lebih baik. İnna Allah ma'a alladzinat taqou walladzinahum muhsinun.
Wa Allahu a'lam bisshawab
Red: Risqi Albana Mahmud, Guru MTs As-Syafi'iyah 04
Posting Komentar